Logo Kamini

Apa Itu Fast Fashion? Ini Cara Bijak Menikmati Mode Tanpa Merusak Bumi

Ditulis oleh Suci Maharani R
• Diperbaharui 27-01-2025

Halo, Kaminiers! Pernah dengar istilah fast fashion? Kalau belum, yuk kita bahas bareng-bareng. Fast fashion itu apa yang kita pakai sekarang! Iya, ini merupakan sebuah fenomena mode yang mengikuti trend terbaru dengan harga yang terjangkau, tapi menimbulkan banyak masalah untuk lingkungan. Kok bisa? Simak artikel ini sampai habis untuk mendapatkan jawabannya!

Apa Itu Fast Fashion?

Apa Itu Fast Fashion?Sumber: Pixabay / Pexels

Fast fashion secara sederhana berarti pakaian yang diproduksi dengan cepat untuk mengikuti tren terbaru, dijual dengan harga murah. Brand seperti Zara, H&M, dan Shein sering disebut sebagai pionir industri ini. Proses produksi pakaian dalam industri fast fashion biasanya menggunakan teknologi canggih dan material murah agar bisa menciptakan koleksi baru dalam hitungan minggu atau bahkan hari.

Di balik cepatnya produksi ini, ada konsekuensi besar, seperti penggunaan bahan yang tidak ramah lingkungan dan sistem kerja yang sering kali mengeksploitasi para pekerja.

Kaminiers bisa membuka lemari dan lihat baik-baik, isi pakaianmu rata-rata adalah barang-barang fast fashion. Sialnya lagi, ada bertumpuk-tumpuk pakaian fast fashion di lemari yang jarang dipakai. Nah, inilah salah satu pengaruh buruk dari penggunaan fast fashion.

Mengapa Fast Fashion Menjadi Kontroversial?

Mengapa Fast Fashion Menjadi Kontroversial?

1. Dampak Lingkungan

Industri fashion bertanggung jawab atas 10% emisi karbon global setiap tahunnya. Selain itu, bahan seperti poliester—yang banyak digunakan dalam fast fashion—tidak dapat terurai dan meninggalkan jejak mikroplastik di lautan.

Pembuatan kain katun, meskipun alami, membutuhkan banyak air. Sebagai gambaran, memproduksi satu kaos saja bisa menghabiskan sekitar 2.700 liter air, setara dengan konsumsi air minum seseorang selama 2,5 tahun.

2. Overproduksi dan Sampah Tekstil

Fast fashion memproduksi pakaian dalam jumlah besar (massal), namun tidak semuanya terjual. Pakaian yang tidak laku sering kali dibuang ke tempat pembuangan akhir atau dijual ke pasar-pasar di negara berkembang, yang pada akhirnya menciptakan masalah lingkungan baru.

Kaminiers pernah menemukan penjual atau toko yang menyebut barang-barang mereka adalah sisa produksi dari luar negeri? Nah, ini bisa disebut sebagai sampah tekstil.

3. Eksploitasi Pekerja

Mayoritas pekerja di industri ini adalah perempuan yang bekerja dengan upah rendah dan kondisi kerja yang tidak manusiawi. Di Bangladesh, misalnya, pekerja garmen hanya menerima sekitar Rp1,7 juta per bulan—jauh dari layak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Pada tahun 2020 lalu, sebuah investigasi di Inggris menemukan bukti eksploitasi pekerja pabrik untuk merek fast fashion ternama. Para pekerja diberikan upah yang sangat kecil, jam kerja yang melebihi batas legal, dan kondisi kerja yang sangat buruk.

Aksi serupa juga pernah terjadi di Malaysia, kali ini menimpa para imigran yang diperlakukan layaknya budak. Paspor mereka di sita oleh majikannya, terpaksa tinggal di asrama yang tidak layak, dan dipaksa bekerja tanpa waktu istirahat yang cukup. Kaminiers, ini terlalu menyeramkan!

Bagaimana Cara Bijak Menghadapi Fast Fashion?

Bagaimana Cara Bijak Menghadapi Fast Fashion?

1. Pilih Slow Fashion

Slow fashion adalah kebalikan dari fast fashion. Fokusnya pada kualitas, keberlanjutan, dan keunikan produk. Kamu bisa memilih pakaian dari bahan yang ramah lingkungan atau mendukung brand lokal yang menerapkan prinsip etis dalam produksinya.

Sebagai contoh, Kaminiers bisa mencoba untuk membuat capsule wardrobe. Trend lemari kapsul ini membuat kita hidup lebih efisien dan kritis. Jumlah pakaian yang minimalis akan mengasah kreativitas berpakaian dan mengurangi konsumsi fast fashion secara berlebihan. Barang-barang yang ada di lemari adalah pakaian yang dibutuhkan untuk sehari-hari dan berkualitas tinggi.

2. Belanja di Toko Barang Bekas

Thrifting alias belanja barang bekas bukan hanya hemat, tapi juga membantu mengurangi limbah tekstil. Kamu bisa menemukan banyak pakaian berkualitas dengan harga miring di toko barang bekas atau platform online. Supaya tidak zonk, Kamini akan memberikan beberapa tips memilih pakaian bekas.

Pertama, periksa dengan teliti kondisi pakaian yang akan kamu beli. Perhatikan, bahan, noda, bau, dan kerusakan lainnya pada pakaian yang akan dibeli. Kedua, cuci pakaian dengan detergen antibakteri dan sterilkan dengan merendamnya di air panas. Terakhir, setrika pakaian untuk memastikan kalau bakteri dan kuman di pakaian yang kamu beli sudah benar-benar mati.

3. Rawat dan Perpanjang Usia Pakaianmu

Jangan buru-buru membuang pakaian yang rusak. Cobalah untuk memperbaikinya terlebih dahulu. Selain hemat, ini juga cara untuk menghargai barang yang kamu miliki. Aksi ini akan mengurangi penumpukan sampah tekstil yang sulit terurai.

4. Buat Trenmu Sendiri

Daripada terus mengikuti tren cepat, kenapa tidak menciptakan gaya unikmu sendiri? Pilih pakaian yang sesuai dengan kepribadianmu dan yang bisa kamu gunakan dalam jangka panjang. Ini termasuk langkah esensial dalam membangun capsule wardrobe, memilih pakaian yang sesuai dengan gaya hidup, kepribadian, dan bentuk tubuh.

5. Dukung Brand yang Transparan

Cari tahu asal-usul pakaian yang kamu beli. Banyak brand kini mulai transparan tentang bahan dan proses produksi mereka. Pilihlah brand yang memiliki komitmen terhadap lingkungan dan kesejahteraan pekerja.

Tren Fast Fashion di Indonesia

Tren Fast Fashion di Indonesia

Di Indonesia, fast fashion telah menjadi bagian dari gaya hidup, terutama di kalangan generasi muda. Kemudahan akses lewat platform e-commerce membuat tren ini semakin sulit dihentikan. Namun, tak sedikit pula yang mulai beralih ke thrifting atau mendukung produk lokal.

Kaminiers, fast fashion memang memberikan banyak kemudahan untuk tampil modis dengan harga terjangkau. Tapi, di balik itu, ada dampak besar yang harus kita pikirkan. Mulai sekarang, yuk coba bijak dalam memilih pakaian! Pilih produk berkualitas, rawat pakaian dengan baik, dan dukung brand yang peduli terhadap lingkungan.

Ingat, gaya itu tidak hanya tentang penampilan luar, tapi juga tentang bagaimana kita bisa berkontribusi untuk menjaga bumi ini tetap indah.

Terima kasih, sampai jumpa di artikel selanjutnya!
Suci-Maharani
Saya mulai menulis sejak saya kuliah di jurusan ilmu komunikasi – jurnalistik. Kegemaran saya pada beauty makeup dan fashion membuat saya sering menjadi fashion dan makeup advisor untuk keluarga dan sahabat saya. Sehingga saya tertarik untuk membagikan tips dan trik yang saya ketahui melalui tulisan.
Jika kamu memiliki pertanyaan mengenai artikel yang kami tulis, silakan tanyakan kepada kami di Instagram, atau Twitter/X. Kami akan dengan senang hati menjawabnya!
cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram