Inilah Tips dan Cara Membagi Waktu yang Paling Efektif
Semua orang di dunia ini dikasih waktu yang sama, tidak ada yang beda sedikitpun, semuanya 24 jam setiap hari. Tegas dan tidak bisa ditawar. Bedanya hanya perkara waktu-waktu yang terpakai. Satu jam buat kita pasti beda dengan satu jam buat mereka.
Ada orang yang merasa punya banyak waktu tetapi tidak punya apa-apa lagi selain itu. Ada orang yang waktunya dipakai untuk hal-hal penting saja sampai lupa memberi waktu buat diri sendiri. Punya banyak waktu, sedikit uang. Punya banyak uang, tidak punya waktu untuk menikmatinya.
Mungkin muncul di benak kamu “kenapa satu jamnya dia lebih bermanfaat dibanding satu jamnya kita?” atau “mengapa hidup dia lebih baik, padahal mereka punya waktu yang sama dengan kita?” Kalau cari di internet atau buku, ada banyak informasi tentang cara membagi waktu. Caranya beda-beda, dan belum tentu juga bisa kita praktikkan.
Lalu, harus bagaimana? Terlalu banyak cara sampai kita bingung sendiri mau mencoba cara yang mana. Tidak ada yang sepenuhnya benar dan sepenuhnya salah. Pada akhirnya, semua itu kembali lagi ke cara kita hidup sehari-hari.
Ada satu hal yang sering dilupakan banyak orang, yakni kita sedang memakai waktu yang kita punya. Terutama kalau kita lagi diam dan tidak melakukan hal penting. Kita sering hanyut sampai tidak sadar kalau waktu yang terpakai tidak akan pernah bisa kembali lagi.
Contoh kecil yang paling sering terjadi secara umum adalah waktu kita terkoneksi dengan internet, apalagi media sosial. Apa kita pernah menghitung berapa banyak waktu yang terpakai untuk itu? Apa kita sadar kalau waktu yang terpakai untuk kesia-siaan bisa kita pakai untuk hal lain?
Jadi, hal pertama yang harus kita tanamkan adalah kesadaran akan waktu. Sadar kalau setiap saat kita sedang memakai jatah waktu yang kita punya. Dengan kesadaran, kita akan lebih berhati-hati dalam memakai waktu. Idealnya, waktu 24 jam dalam sehari kita pakai untuk tiga hal besar, untuk bekerja atau belajar, bermain, dan beristirahat.
Tiga hal itu pembagian paling biasa, sederhana, dan adil. Tiga hal itu yang dibutuhkan diri kita supaya hidup jadi seimbang. Kita punya waktu untuk bekerja, kemudian bermain, ditutup dengan istirahat. Terdengar sederhana, bukan? Memang, tetapi jauh dari kata gampang.
Cara Membagi Waktu
1. 8 Jam untuk Bekerja atau Belajar
Semakin teknologi berkembang, semakin banyak pula gangguan yang datang. Pelan-pelan, hal itu bikin diri kita jadi bercabang-cabang. Susah untuk fokus pada satu hal di satu waktu. Distraksi itu dipicu oleh sebuah benda kecil bernama ponsel pintar. Benda ini punya jurus ampuh untuk menghancurkan konsentrasi, namanya notifikasi.
Waktu kita seharusnya bekerja atau belajar, seringkali fokus kita mendadak buyar kalau benda itu berbunyi atau bergetar. Ada notifikasi masuk, kemudian kita seperti merasa berdosa kalau tidak segera membukanya. Ternyata, pesan operator. Lalu kita jadi uring-uringan sendiri, gagal fokus, dan berakhir dengan scroll-scroll-tap tiada guna, entah mencari apa.
Untuk menyiasati ini, bisa dicaoba dengan menjauhkan HP di waktu seharusnya kita bekerja atau belajar. Dedikasikan waktu yang kita punya saat itu untuk fokus mengerjakan satu hal saja. Tidak akan mudah, tetapi kalau tidak pernah diusahakan tidak akan ada yang berubah.
Tegaslah kepada diri sendiri. Karena, satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab akan waktu yang terpakai adalah kita sendiri. Tidak akan ada pihak manapun yang bisa mengubah kebiasaan kalau kita tidak memulainya sendiri.
Untuk sebagian orang, 8 jam masih terasa kurang. Mereka butuh waktu lebih untuk menyelesaikan yang sedang dikerjakan. Mungkin ada sesuatu yang harus dikejar, entah itu tenggat, atau ego pribadi. Ada banyak orang yang terbiasa memulai beberapa saat sebelum berakhir. Bahasa populernya, sistem kebut semalam.
Kita bisa menyiasati itu dengan menyeimbangkan pola kerja. Hindari menunda dan baru memulai ketika tenggat sudah dekat. Cobalah untuk mengerjakan segalanya pelan-pelan, jangan membuat beban yang berat untuk kemudian dipikul sendirian. Tubuh dan pikiran kita ada batasnya, seperti waktu. Dan kita juga perlu memakai waktu untuk hal lain.
2. 8 Jam untuk Bermain
Bermain, mungkin terdengar tidak penting. Tapi inilah saat-saat kita kembali kepada diri sendiri. Di sini, kita boleh melakukan apapun, entah bermanfaat ataupun sia-sia. Selama kita menikmatinya, kita boleh melakukannya.
Suka nonton film? Silakan. Suka main game? Boleh. Atau cuma ingin scroll-scroll-tap nggak jelas di media sosial? Oke. Tapi, lakukanlah semua itu pada waktu yang seharusnya. Jangan sampai kebablasan. Tujuan kita bermain untuk menyegarkan pikiran setelah berkutat dengan tugas-tugas duniawi yang tidak pernah habis itu.
Usahakan untuk melakukan sesuatu yang menghibur. Mencari humor-humor receh di Twitter. Menikmati drama para selebgram dan menertawakannya sendirian. Atau menguntit mantan pacar yang ternyata pacar baru nggak seberapa. Pokoknya, carilah hiburan sesuai keinginan masing-masing dan berhentilah kalau waktunya sudah seharusnya berhenti.
3. 8 Jam untuk Beristirahat
Jangan lupa, ada waktunya kita istirahat. Jiwa dan raga sudah bekerja sedemikian rupa seharian. Istirahat bukan sesuatu yang layak disepelekan. Kita ini manusia, bukan robot. Melanggar batasan tubuh dan memaksanya bekerja lebih lama bukan hal yang bijaksana.
Tanpa istirahat yang cukup, hari esok akan sangat terganggu. Waktu bekerja dan bermain kita akan terpakai untuk mengembalikan kesiapan tubuh. Sekarang yang menjadi pertanyaan bukan bagaimana kita membagi waktu. Tetapi, sanggupkah kita mengendalikan diri dalam membagi waktu?
Kesadaran diri memang menjadi hal terpenting, tetapi itu cuma langkah untuk memulai. Selanjutnya kita perlu pengendalian diri dan itu membutuhkan keberanian. Kunci dari pembagian waktu yang semula terkesan rumit ternyata cuma tiga kata saja, sadar, adil, dan berani.
Kita harus berani menolak keinginan untuk bermalas-malasan, untuk menunda, dan untuk berhenti waktu lagi asyik-asyiknya. Kita juga harus pandai memilih mana yang bisa ditunda dan mana yang harus dikerjakan segera.
Semua kegiatan yang kita lakukan setiap hari sudah diberi waktunya masing-masing. Tinggal kita yang berusaha menjaganya, menyeimbangkan supaya waktu terpakai seperti seharusnya. Memulai itu sulit, mempertahankan jauh lebih sulit. Memang butuh keseriusan lebih untuk melakukannya.
Mencoba dan gagal lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali. Tidak masalah kalau kamu memulai lalu gagal. Kamu selalu bisa memulai kembali. Kalau sudah siap membagi waktu, mari kita buat pepatah baru, buanglah waktu pada tempatnya.
Kalau kamu mau berbagi pengalaman atau ingin memberikan cara kamu sendiri dalam membagi waktu, jangan sungkan, ya. Hal-hal yang baik tidak seharusnya disimpan sendirian. Dengan berbagi, apa yang kamu tuliskan akan menjadi rantai yang tidak pernah putus. Kamu tidak akan pernah tahu sebesar apa pengaruh kebaikan kecilmu untuk orang lain.