Ini Dia 3 Cara Memilih Teman yang Baik dan Dapat Dipercaya

Ditulis oleh Vicky Larasita

Apa itu teman? ‘Jiwa tunggal yang tinggal dalam satu tubuh,’ begitulah Aristoteles mendefinisikannya. Ibaratnya, seorang teman memiliki pikiran dan perasaan yang selaras dengan kita, saling mengerti satu sama lain, saling memahami.

Seorang teman juga seringkali diumpamakan sebagai salah satu berlian yang tak ternilai harganya. Dengan definisi-definisi yang mulia seperti itu, nampak ganjil jika teman diidentikkan dengan hal-hal negatif yang bertolak belakang, bukan?

Sayangnya, sewajarnya manusia, seorang teman pun tidak bisa sempurna, tidak bisa benar-benar memenuhi dan cocok dengan definisi sebelumnya. Ada seseorang yang sudah lama kita anggap teman, tetapi pada akhirnya ia meninggalkan kita sendirian. Ada yang menusuk kita dari belakang, atau melakukan hal-hal tidak menyenangkan lainnya yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang teman.

Meskipun manusiawi, ada baiknya kita juga menjaga diri agar terhindar dari orang-orang demikian. Memilih teman dapat menjadi salah satu metode menjaga diri yang dapat membuat kita jauh dari hal-hal tidak menyenangkan tersebut. Berikut adalah cara-cara memilih teman yang baik menurut Kamini. Simak, ya!

3 Cara Memilih Teman yang Baik

1. Berpikiran Terbuka

berpikiran terbuka

Berpikir terbuka adalah langkah awal untuk mendapatkan teman. Biarkan orang-orang datang kepada kita atau raihlah mereka yang menurut kita bisa cocok dan sepemikiran dengan kita. Perhatikan mereka dengan saksama, kenali diri mereka masing-masing. Hindari langsung membentuk preasumsi negatif dan berkesimpulan tanpa dasar.

Setiap orang pasti memiliki alasan di balik perilaku yang mereka tunjukkan, pada kita ataupun pada semua orang. Deteksi alasan-alasan ini agar kita bisa benar tahu apakah mereka akan tulus jika berteman dengan kita atau justru berpotensi menimbulkan masalah di hidup kita.

Tidak semua yang terlihat benar-benar sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Bisa saja orang yang terlihat begitu ramah dan baik pada semuanya justru pada akhirnya mau menang sendiri. Di tahap awal ini, hindari baper dan merasa nyaman terlalu cepat.

Kita harus hati-hati, sebab kita masih belum benar-benar mengenal watak mereka yang asli. Habiskan waktu dengan mereka, senyaman yang kita bisa. Dengarkan perkataan mereka. Sifat asli seseorang juga dapat tercermin melalui perkataannya, lho.

2. Penyesuaian Diri

penyesuaian diri

*

Setelah mengenal orang-orang di sekitar kita masing-masing, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan diri kita sendiri. Hindari memaksakan diri untuk bisa merasa nyaman, karena kenyamanan tidak bisa dipaksakan dan hanya akan datang dengan sendirinya.

Jika tidak merasa nyaman dengan satu-dua orang atau bahkan satu kelompok teman sepermainan, ada baiknya kita mencari teman yang lebih membuat kita nyaman. Pilih orang-orang yang memang dapat membuat kita lebih mudah untuk menyesuaikan diri, untuk menjadi diri kita sendiri.

Hindari berpura-pura menjadi orang lain hanya untuk dapat tetap bergabung dalam suatu kelompok tertentu, padahal kita sama sekali tidak nyaman dan terkekang di dalamnya. Tetap jadi diri kita sendiri, karena kita akan mencari teman yang baik, yang dapat menerima kita apa adanya, bukan menerima kita tapi ada apa-apanya. Hiii….

Jika kita sudah menyesuaikan dan mencoba mendekatkan diri pada orang yang membuat kita merasa cocok untuk dijadikan teman, tetapi orang itu justru merasa sebaliknya, tidak usah dipaksakan.

Mungkin jika kita berlama-lama dengan mereka, mereka akan menyesuaikan diri dan menerima kita. Akan tetapi, sebuah hubungan pertemanan yang tidak didasari oleh ketulusan pada akhirnya tidak akan berjalan dengan baik. Maka, lebih baik kita hindari saja.

3. Memilih dan Menjadi Teman yang Baik

memilih dan menjadi teman yang baik

Mendapatkan teman yang baik itu memang tidak mudah. Bahkan ada orang-orang yang harus bertemu dengan ‘teman-teman’ yang buruk dulu sebelum akhirnya ia mendapatkan teman yang baik. Akan tetapi, teman yang baik itu memang yang seperti apa, sih?

Jika ada seorang teman yang membicarakan rahasia teman dekatnya di depan kita, ketika mereka berdua sedang terlibat masalah, hindari memercayainya dengan penuh. Sebab, siapa yang tahu apakah ia akan benar-benar menjaga rahasia kita jika kita memercayainya, dan tidak menyebarkannya kepada orang lain seperti halnya ia menyebarkan rahasia temannya kepada kita?

Emosi memang menjadi salah satu pemacu refleks yang cukup berperan besar untuk kita secara tidak sadar membeberkan hal-hal yang tidak seharusnya orang lain ketahui. Namun, membiarkan diri terbawa emosi juga tidak sepenuhnya baik, sebab tidak hanya diri kita sendiri yang dirugikan melainkan juga orang lain.

Hindari orang-orang yang ketahuan hanya bisa memanfaatkan kita saja. Misalnya, jika ia hanya datang padamu ketika ia membutuhkan jawaban saat ujian, ia bukan teman yang baik. Kedepannya, ia akan terus bergantung, dan lama-lama hal tersebut justru sangat bikin gerah. Pada akhirnya, kita sendiri yang lelah.

Selain itu, hindari orang-orang yang selalu menyela perkataan kita di saat kita tengah curhat, lalu membanting pembicaraan agar kembali berfokus kepadanya. Kita tidak akan bisa mengandalkannya, sebab yang ada di pikirannya hanyalah dirinya sendiri. Seringkali, kita butuh didengarkan baik-baik, kan?

Dalam suatu hubungan, apa pun itu, termasuk pertemanan, komunikasi adalah kunci utamanya. Tanpa komunikasi yang baik, segala hal buruk bisa terjadi, contoh kecilnya kesalahpahaman. Jangan takut mengutarakan pemikiran kita di depan teman kita langsung.

Biarkan ia tahu dari perkataan kita sendiri, face-to-face, bukan dari perkataan orang lain. Hindari memendam kekesalan atau emosi untuk lalu ditumpahkan ke orang lain, pada akhirnya justru menjelek-jelekkan teman kita di belakang. Hal tersebut sangat buruk, karena bisa menghancurkan pertemanan kita.

Teman yang baik adalah teman yang menjaga rahasia kita, tidak serta-merta menjelek-jelekkan kita ketika sedang bertengkar. Tidak juga hanya datang ketika memang merasa hanya dirinya yang diuntungkan.

Teman yang baik akan memikirkan perasaan kita, mendengarkan kita, mencoba mengerti diri kita dan masalah-masalah kita. Teman yang baik akan selalu menjaga hubungan kita, berpendapat langsung tentang kita di hadapan kita, tidak menyertakan orang lain dalam urusan kita.

farewell

*

Meski begitu, dalam hidup, orang-orang bisa melalu, termasuk teman terbaik kita. Bisa jadi mereka memang terpaksa harus pergi atau bisa jadi tali pertemanannya memang sudah dimakan waktu. Tidak ada yang salah dari ini; hanyalah bagian dari perjalanan hidup.

Manusia bisa berencana, tapi hanya itu saja. Meskipun kita sudah berjanji untuk setia selamanya, berteman selamanya, jika takdir berkata lain, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam momen perpisahan seperti ini, kita masih harus menjadi teman yang baik, yaitu dengan merelakannya pergi.

Jika memang bisa dipertahankan, pertahankanlah sebisa mungkin. Namun, jika memang harus berpisah, relakanlah. Seperti jodoh, teman sejati pun tidak akan kemana-mana. Jika ia memang ditakdirkan untuk terus menjadi teman kita, ia akan terus menjadi teman kita. Perpisahan akan selalu ada, maka kita harus terus belajar untuk ikhlas dan rela.

Nah, demikianlah cara-cara untuk memilih teman yang baik. Apa kalian punya pengalaman seru dan menarik tentang teman baik kalian? Jangan sungkan untuk berbagi di kolom komentar, ya!

Kategori:
cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram