5 Fase Toxic Relationship yang Wajib Kamu Tahu, Kaminiers!
Hubungan yang terlihat baik-baik saja dari luar, justru menyimpan banyak luka di dalamnya. Hubungan romantis antara pria dan wanita umumnya dipenuhi dengan perasaan bahagia dan suka cita. Namun, jika ada keraguan, rasa takut, dan bimbang dalam hati, mungkin ini warning kalau kamu sedang terjabak dalam toxic realtionship.
Kaminiers, toxic relatioship itu nggak selalu soal kekerasan fisik, bisa juga penyiksaan emosional, mental, bahkan psikologis yang kadang nggak kita sadari. Sebelum menjadi korban, yuk kenali apa saja fase toxic relationship dan tanda-tandanya.
Apa itu Toxic Relationship

Toxic relationship adalah hubungan yang membuat salah satu atau keduanya merasa tidak bahagia, tertekan, dan bahkan kehilangan rasa percaya diri. Hari-hari mereka mungkin dipenuhi tawa, namun bisa saja ini merupakan bentuk dari kontrol, manipulasi, hingga verbal abuse yang dikemas dalam bentuk "cinta".
Sialnya, banyak pasangan yang tidak menyadari bahwa mereka adalah korban toxic relationship. Karena bentuk awalnya yang manis, tanda-tandanya ini menjadi kabur dan membuat korban berpikir ini lumrah atau bahkan bentuk kasih sayang.
Rasa percaya diri merekapun turun drastis. Kerap merasa takut kehilanga, takut membuat salah, takut membuat dia tidak nyaman, hingga takut ditinggalkan. Korban menganggap ini adalah bentuk cinta yang mendalam, padahal ini merupakan tanda-tanda bahwa dia sedang dikontrol dan masuk dalam jebakan toxic relationship.
5 Fase Toxic Relatioship yang Perlu Diantisipasi
Cinta itu boleh, tapi jangan buta dan hilang logika. Nah, toxic relationship nggak selalu terlihat dari awal, tapi berkembang secara perlahan lewat beberapa fase. Yuk, kenali satu per satu fasenya supaya kamu bisa lebih waspada dan nggak jadi korban toxic relationship!
1. Love Bombing: Manisnya Bikin Mabuk Kepayang

Punya pacar yang romantis, perhatian, dan tipe yang word affirmation, siapa sih yang nggak jatuh cinta? Di sisi lain, ini juga bisa menjadi jebakan awal yang membuat kamu "ketergantungan" secara emosional.
Sering memberikan semangat, menanyakan kegiatan sehari-hari, memberikan hadiah, dan mengikuti semua keinginanmu, terdengar seperti pasangan yang sempurna, bukan? Namun, perlahan tapi pasti semua ini akan membuat kamu menjadi begitu ketergantungan padanya.
Kamu akan merasa bingung dan gelisah ketika dia slow response. Karena takut ditinggalkan, kamu akan berbalik mengikuti semua kemauan pasangan tanpa berpikir panjang. Kaminiers, kalau hubungan terasa terlalu cepat dan intens di awal, coba ambil jarak sejenak untuk berpikir jernih.
2. Kontrol dan Dominan: Semua Harus Seizin Dia

Ketika hati dan kepercayaan kamu telah dikuasai, perlahan pasangan akan mulai menunjukkan sisi aslinya. Awalnya hanya memulai dengan memberikan nasihat, setelah itu hidup kamu akan perlahan-lahan dikontrol olehnya.
Awalnya melarang kamu bertemu dengan beberapa teman, alasannya mereka dianggap memberikan pengaruh buruk. Lama-lama, dia akan mengontrol pakaian yang kamu kenakan, makeup, makanan, hingga wajib share location setiap waktu.
Bentuk kontrol ini sering dibungkus dengan alasan “aku sayang kamu” atau “aku cuma khawatir”. Padahal, itu bukan perhatian, tapi dominasi. Wah, ini nyebelin banget sih!
3. Manipulasi Emosional: Aku yang Salah, Bukan Dia!

Merasa serba salah? Kaminiers, kayaknya kamu udah masih ke fase ketiga yaitu manipulasi emosional. Bayangin aja, ketika kamu lagi curhat merasa nggak nyaman dengan kontrol yang dilakukan pasangan, dia malah balik menyalahkan kamu. Dia akan berkata "kamu nggak menghargai usaha aku untuk melindungi kamu" atau "kamu ini sebenernya cinta sama aku atau enggak?".
Ketika kamu sedih, bukannya menghibur malah bilang kamu terlalu dramatis. Lama-lama kamu akan mempertanyakan atau bahkan menganggap bahwa kamu itu nggak cukup baik untuk dia. Fase ini penting, supaya dia bisa benar-benar mengontrol kamu sepenuhnya tanpa perlawanan.
4. Hilangnya Rasa Percaya Diri: Kamu Bukan Lagi Dirimu

"Kamu harusnya bersyukur karena ada aku yang mau menerima semua kekurangan kamu, karena orang lain mungkin akan menyerah di tengah jalan"
Kata-kata manis yang dia ucapkan, kini berubah menjadi kritik yang menyakitkan. Apapun yang sudah kamu perbuat terasa nggak pernah cukup dan nggak pernah bisa memuaskan dia. Pada akhirnya kamu akan kehilangan rasa percaya diri, melihat diri sendiri sebagai sumber masalah, dan dia adalah penyelamat mu.
5. Sulit Melepaskan Diri: Bukan Bucin, Tapi Hilang Arah

Di fase ini, Kaminiers mungkin sadar bahwa hubungan kalian sudah rusak dan menyakitkan. Tapi kamu tetap bertahan karena sudah merasa terlalu dalam, terlalu lama bersama, takut sendiri, masih sayang, atau takut orang tua kecewa.
Jujurly, momen ini memang paling berat. Keterikatan emosional kamu dengan dia dan hubungan ini membuat kalut dan sulit untuk berpikir jernih. Pada akhirnya, kamu akan memilih untuk bergantung pada harapan palsu dan kosong bahwa "dia akan berubah pada saatnya".
Kaminiers, cinta yang sehat itu bikin kamu berkembang, bukan makin meragukan diri sendiri. Kalau kamu sedang ada di hubungan yang menunjukkan fase-fase di atas, jangan ragu untuk minta bantuan. Kamu itu berhaga, kamu juga berhak bahagia, dan berhak untuk dicintai dengan cara yang baik.

