Restu Keluarga Jadi Kunci, Tompi Putuskan Tak Terjun ke Politik

Kamini.id – Nama Tompi bukan hanya dikenal sebagai penyanyi bersuara khas, tapi juga seorang dokter bedah plastik yang punya banyak prestasi di bidang medis. Namun, siapa sangka, pria bernama asli Teuku Adifitrian ini ternyata sempat nyaris terjun ke dunia politik.
Baca juga: Aurelie Moeremans Sempat Ditawari Masuk Politik: Gaji Fantastis, Gak Perlu Kuliah!
Dalam unggahan di Instagram pribadinya, Tompi mengungkapkan bahwa ia pernah ditawari sejumlah partai untuk maju sebagai calon legislatif (caleg). Menariknya, tawaran itu sudah datang sejak dua periode pemilu lalu.
Ia bahkan mengaku sempat tergoda untuk menerima ajakan tersebut, karena memiliki keinginan kuat untuk memperbaiki sistem yang ada sekaligus berkontribusi bagi masyarakat.
“Sejak dua periode pemilu lalu ada beberapa partai yang menawarkan saya maju sebagai caleg. Ada hasrat mau, karena ada keinginan untuk memperbaiki dan membantu,” tulis Tompi dalam unggahannya.
Meski begitu, keputusan besar itu akhirnya urung direalisasikan. Ada sejumlah alasan yang membuat Tompi membatalkan langkah politiknya, bahkan di detik-detik terakhir sebelum resmi menyetujui tawaran partai.
Pertama, ia mengaku belum siap secara finansial. Menurutnya, terjun ke dunia politik butuh persiapan dana yang matang agar tetap bisa konsisten jujur dan amanah. Ia khawatir jika tidak siap, justru akan membuka celah bagi godaan yang bisa menggoyahkan prinsipnya.
Selain itu, Tompi juga merasa tidak yakin bisa membagi waktu antara profesinya sebagai dokter bedah plastik dengan tanggung jawab besar sebagai seorang politisi. Ditambah lagi, sistem dalam partai politik yang ia lihat dari luar terasa belum sejalan dengan nilai yang ia pegang teguh.
“Melihat sistemnya saat itu, belum bisa dicerna akal sehat saya. Baru lihat dari luar... belum masuk ke dalam (pendanaan kampanye, gaji, dan lain-lain),” ungkapnya.
Hal lain yang membuat Tompi semakin mantap mundur adalah sifat pribadinya yang sulit kompromi jika ada hal yang dianggap keliru. Ia tak ingin terjebak dalam sistem yang menuntut loyalitas penuh kepada partai, apalagi jika dipimpin oleh orang-orang yang duduk karena faktor keturunan atau ‘orang dalam’.
Namun, yang paling krusial, Tompi menuturkan bahwa ia tidak mendapat restu dari sang ibu dan istrinya. Baginya, restu keluarga adalah hal utama yang tak bisa ditawar, sekalipun ada peluang besar untuk berkarier di bidang politik.
Menutup ceritanya, Tompi berharap pengalamannya bisa menjadi renungan untuk banyak orang, terutama dalam melihat kondisi politik Indonesia. Ia percaya negeri ini memiliki banyak orang baik dan pemikir hebat, yang hanya perlu diperkuat dengan lebih banyak sosok jujur di dunia politik.
“Mudah-mudahan saat ini sudah jauh lebih baik ya. Kita semua percaya Indonesia ini hebat besar kuat, banyak orang baik banyak orang pemikir, tinggal perbanyak orang jujur kali ya,” pungkasnya.
