Logo Kamini

Nggak Cuma Pasangan, Ini 7 Tanda Kamu Terjebak dalam Toxic Friendship

Ditulis oleh Kamini.id

Setelah menjalani hari-hari yang melelahkan, kadang kita pengen banget rileks sebentar dengan nongkron bareng temen-temen di kafe. Tapi, pernah nggak sih kamu merasa acara nongkrong rileks ini malah bikin badan semakin lelah dan ada banyak pikiran di kepala.

Nggak selalu soal cinta, ternyata ada juga pertemanan toxic yang menyeret kita ke titik paling melelahkan secara mental. Anehnya, sering sekali kita nggak sadar bahwa orang yang dianggap temen deket ini adalah orang yang sering menyakiti perasaan kita. Maka dari itu, yuk kenali 7 tanda kamu terjebak dalam toxic friendship sebelum terlambat!

1. Kamu Selalu Merasa Salah

1. Kamu Selalu Merasa Salah_Sumber: Liza Summer / Pexels

Dalam hubungan pertemanan yang sehat, perbedaan pendapat atau kesalahan kecil adalah hal yang wajar. Tapi kalau kamu selalu dijadikan "kambing hitam" atas setiap masalah, walau kamu sudah minta maaf atau mencoba menjelaskan, itu tanda kamu ada di lingkungan yang nggak suportif.

Perasaan bersalah yang terus ditanamkan ini bisa bikin kamu merasa kurang, bahkan mempertanyakan diri sendiri. Teman yang sehat akan mengajak diskusi, bukan menjatuhkan. Mereka memberi ruang buat kamu jadi manusia biasa yang kadang bisa salah, dan itu nggak apa-apa.

2. Kompetisi yang Nggak Sehat'

2. Kompetisi yang Nggak Sehat_Sumber: BraunS / Getty Images Signature

Sedikit-sedikit dibandingkan. Punya kabar bahagia, bukannya dirayakan, malah dibalas dengan cerita "lebih hebat" versi dia. Teman seperti ini sering merasa perlu jadi yang paling berhasil, paling sibuk, paling wow di antara semuanya.

Kalau kamu merasa harus menahan kabar baik karena takut membuat dia iri atau meremehkan, itu pertanda hubungan pertemananmu udah nggak sehat lagi. Teman sejati akan jadi cheerleader terdepan saat kamu meraih sesuatu, bukan komentator sinis dari bangku belakang.

3. Sering Dihantui Drama

3. Sering Dihantui Drama_Sumber: Keira Burton / Pexels

Hari ini baikan, besok musuhan. Lusa curhat ke orang lain, seminggu kemudian minta maaf lagi. Kalau hubungan pertemananmu seperti rollercoaster emosional, ini bisa jadi toxic banget. Drama terus-terusan akan menguras energi, bikin kamu cemas, bahkan sulit percaya pada orang lain.

Padahal, pertemanan yang sehat justru bikin hidup terasa lebih ringan. Nggak harus bebas dari konflik, tapi diselesaikan dengan cara yang dewasa, bukan dengan drama yang dipelihara. Kalau kamu merasa selalu dalam tekanan karena suasana hati dia yang berubah-ubah, itu red flag besar.

4. Nggak Ada Dukungan Emosional

4. Nggak Ada Dukungan Emosional_Sumber: Peopleimages.com / YuriArcus

Teman sejati hadir di masa senang dan sulit. Tapi di pertemanan toxic, yang ada malah hubungan satu arah. Saat dia butuh, kamu diminta untuk selalu ada. Tapi giliran kamu yang lagi jatuh, dia entah ke mana.

Kondisi seperti ini bikin kamu merasa kesepian dalam hubungan yang seharusnya jadi tempat berbagi. Kamu jadi ragu buat curhat, takut dicuekin atau malah dibanding-bandingkan.

Ingat, hubungan yang sehat itu saling mengisi. Kalau kamu terus-menerus memberi tanpa pernah menerima, kamu berhak mempertanyakan apakah ini benar-benar pertemanan, atau sekadar pemanfaatan.

5. Sering Jadi Korban Sindiran

5. Sering Jadi Korban Sindiran_Sumber: Kaboompics.coms / Pexels

Sindiran halus, komentar sarkastik, atau jokes yang mengandung kritik, semuanya bisa tampak sepele di awal. Tapi kalau berulang dan bikin kamu merasa kecil atau nggak cukup baik, itu bisa melukai mental secara perlahan.

Teman seperti ini biasanya bersembunyi di balik kalimat, “Eh, kan cuma becanda,” atau “Jangan baper dong.” Tapi jokes yang baik itu harus bisa ditertawakan bersama, bukan hanya oleh satu pihak. Kalau kamu sering jadi bahan candaan yang nggak enak, itu bukan lucu tapi manipulatif.

6. Kamu Merasa Lelah Setelah Bertemu

6. Kamu Merasa Lelah Setelah Bertemu_Sumber: Morsa Images / Getty Images

Bukannya merasa fresh atau bahagia, kamu malah capek secara emosional tiap habis ketemu. Rasa capek ini nggak selalu datang dari aktivitas fisik, tapi dari dinamika hubungan yang berat, penuh tuntutan, dan minim empati.

Kalau kamu mulai merasa perlu "recovery time" setelah hangout sama seseorang, coba evaluasi. Hubungan pertemanan yang sehat justru bisa jadi recharge, bukan penyebab burnout. Energi yang terkuras adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang salah dalam hubungan tersebut.

7. Kamu Takut Jadi Diri Sendiri

7. Kamu Takut Jadi Diri Sendiri_Sumber: MART PRODUCTION / Pexels

Pernah ngerasa harus "menyesuaikan diri banget" tiap kali bareng mereka? Harus menahan cerita, menyembunyikan kesukaan, bahkan mengubah cara kamu ngomong atau berpakaian biar nggak jadi bahan omongan? Itu jelas bukan pertemanan yang sehat.

Teman sejati akan membuat kamu merasa bebas untuk jadi diri sendiri dengan segala keunikan dan kekuranganmu. Mereka nggak menuntut kamu untuk "fit in" dengan standar tertentu. Kalau kamu merasa harus berpura-pura supaya diterima, itu bukan persahabatan, tapi tekanan sosial berkedok pertemanan.

Pertemanan seharusnya jadi ruang aman, bukan ladang stres. Kalau Kaminiers mulai menyadari ciri-ciri toxic seperti di atas, nggak ada salahnya untuk mulai jaga jarak. Ingat, kualitas pertemanan jauh lebih penting daripada kuantitas. Lebih baik punya satu teman sehat daripada sepuluh yang penuh drama.

Terima kasih, sampai jumpa di artikel selanjutnya!
Kamini.id
Jika kamu memiliki pertanyaan mengenai artikel yang kami tulis, silakan tanyakan kepada kami di Instagram, atau Twitter/X. Kami akan dengan senang hati menjawabnya!
cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram